Sabtu, 19 Maret 2011

Langkah Dua bidadari ^_^

Indonesia, ya Indonesia patut bangga karna mempunyai anak bangsa yang begitu menghargai kebudayaan bangsa, entah itu bangsa nya sendiri ataupun bangsa lain.Anak bangsa itu ialah Fatimah dan Aisyah. Inilah kisah dari 2 anak bangsa.

Dikelas 8.A , 24 Februari 1999

“Untuk dua minggu ibu menugaskan kalian untuk membuat daur ulang kertas . Bisa di beri warna dengan pewarna alami seperti kunyit : kuning, daun suji: hijau,daun jati: merah. Pewarna alami ini akan lebih tahan lama jika di bandingkan dengan pewarna buatan. Kemudian hasil dari daur ulang kertas tersebut dapat kalian jadi kan benda-benda bermanfaat seperti note’s. Mengerti anak-anak?” kata ibu guru. “ Ibu itu tugas individu atau kelompok?” Tanya Aisyah. “ Itu tugas individu Fatimah” kata ibu guru. “ Ibu aku yang Fatimah, itu Aisyah bu” seru Fatimah. “ Oh...maaf , abis hari ini kalian menggunakan jilbab yang sama, ibu jadi bingung. hehehe maaf ya” ibu guru tersipu malu.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, seperti biasa Fatimah pulang sekolah bersama Aisyah. Sebelum pulang sekolah tak lupa mereka melangkahkan kaki ke Musholah untuk melaksanakan sholat zuhur. Kemudian mereka bergegas mengambil sepedah di pekarangan sekolah.

Di jalan pulang.....

“Syah, kok tugas kita banyak banget ya. Pada numpuk ni, rasanya ingin banget selesai dalam sekejap” ucap Fatimah. “Yeeee kamu ini gimana sih! mana mungkin bisa seperti itu” kata Aisyah. Ketika mereka sedang asyik mengayuh sepedah sambil berbincang-bincang. Mereka melihat ada seorang kakek tua sedang mendorong gerobak dagangannya yang berisikan daun singkok. “ Kamu mau apa kak?” tanya Aisyah, namun di hiraukan oleh Fatimah. Fatimah lekas turun dari sepedahnya dan menghampiri kakek tua itu. “ Kek, jualan nya masih banyak sekali” kata Fatimah, “ Iya, adek mau membelinya?”tanya sang kakek.” Iya kek, berapa semuanya kek?” “ Semuanya jadi Rp.5000” jawab sang kakek. Seberkas senyuman melengkung indah di muka tuanya itu.

Dan itulah Fatimah , ingin selalu membuat orang disekitarnya tersenyum. “Maaf ya, membuat mu menunggu” kata Fatimah, Aisyah pun tersenyum bangga memiliki sahabat dan kakak seperti Fatimah.Lalu mereka melanjutkan perjalanan pulang.

Rumah mereka cukup jauh dari sekolah, tetapi mereka lebih memilih untuk menaiki sepedah ke sekolah, ketika mereka mengayuh sepedah di jalan raya.

Pimmmmmmm pimmmmmm.......pimmmmm.....

“ Kok macet ya kak. Tidak biasanya” kata Aisyah. “ Iya nih!” kata Fatimah, “kak, coba lihat. Ada yang terjatuh dari motor,ibu ibu kak....ayo kak kita lihat” seru Aisyah. Aisyah menghampiri warga sekitar yang ada di area kecelakaan dan ia bertanya, “ apa yang terjadi pak, mengapa ibu ini bisa terjatuh dan tak sadarkan diri? mana orang yang membuat kecelakaan ini terjadi?” “ Ibu ini terjatuh dari motor karena di serempet mobil dek, ehhh mobil itu malah kabur” jawab warga sekitar. “ Kenapa tidak di bawa ke dokter? ayo sekarang kita bawa saja” seru Aisyah kepada warga sekitar

“ Kakak pulang duluan saja, nanti aku pulang kok kak” kata Aisyah, “ Nanti kamu gimana dek?” tanya Fatimah yang khawatir dengan adiknya, “ Aku bisa sendiri kok kak, kakak hati-hati di jalan . Tolong bilang ke ibu ya kak” kata Aisyah. Aisyah pun langsung menghentikan taksi dan membawa ibu itu ke rumah sakit....

Itulah Aisyah , seorang anak yang pemberani.

“ Assalamualaikum ibu, aku pulang” salam Fatimah. “ Waalaikum salam wr wb. Looh kak , mana Aisyah?” tanya ibu. “ Aisyah , lagi nolongin orang bu yang kecelakaan . Adek membawanya ke rumah sakit bu” jelas Fatimah. “ Bu, aku tadi lihat kakek tua yang berjualan . Aku beli deh bu dagangannya, ini bu.... kakek itu jualan daun singkong bu” kata Fatimah. “ Terimakasih sayang....” kata ibu.

45 Menit kemudian.....

“ Assalamualaikum ibu aku pulang” salam Aisyah, “ Wa’laikum salam wr wb. Wah... ayo cepat ganti baju lalu kita makan bersama ya” Senyuman indah ibu nampak membuat seisi rumah sejuk. “ Loh ibu dan kakak memangnya belum makan?” tanya Aisyah. “ Ya belum lah dek, kan kita nunggu kamu. Aku bangga banget punya adik seperti mu” Fatimah langsng merangkul adik semata wayangnya itu. “ Hahahaha ah kakak aku jadi malu aku juga bangga punya kakak seperti mu.” kata Aisyah. “ Hmmmmm ibu lebih bangga lagi dari kalian. Karna ibu mempunyai bidadari-bidadari yang bening hatinya seperti kalian” Sambung ibu. Dan mereka pun berpelukan .

Sore hari taman rumah....

“ Kak, cari dimana coba. pewarna alaminya, kayak daun suji dan daun jati. Kita kan tinggal di komplek, sulit untuk mendapatkannya.” Kata Aisyah, “ Hmmmm,Syah aku punya ide. Gimana kalo kita ke kampung sebelah komplek kita aja.” kata Fatimah, “ Benar tuh kak, ayo kita minta izin sama ibu dulu” seru Aisyah.

“ Ibu....ibu...” rayu Fatimah, “ ada apa?” kata ibu. “ Ibu kita mau jalan –jalan keliling kampung, boleh ya?” Fatimah dengan tampang merayunya. “ Hmmm, boleh tapi pulangnya jangan sampai jam 5.30 ya” kata ibu. “ Asyik...” Seru kakak adik itu.

“ Kak , memangnya kakak tahu yang mana daun suji dan daun jati itu?” tanya Aisyah. “ Kakak tidak tahu,hehehe” jawab Fatimah. “ Trus kita gimana dong! aku kira kakak tahu” kata Aisyah. “ Kita tanya penduduk kampung ini saja” ajak Fatimah. “ Kak, coba lihat di sana , banyak anak-anak sedang bermain. Ada yang bermain layang-layang, karet, masak-masakan,kelereng. Enak ya kak tinggal di kampung, bisa punya banyak teman. Trus bebas deh,mau kotor-kotoran juga gak apa-apa” kata Aisyah. “ Iya enak, tapi kita juga harus bersyukur dek bisa tinggal di komplek. Banyak orang yang ingin tinggal di rumah senyaman rumah kita, yang gak ada nyamuknya. Pokoknya kita banyak-banyak bersyukur deh sama Allah SWT.” kata Fatimah, “ Iya kak, kak kita tanya sama anak yang sedang main karet saja yuk” ajak Aisyah.

“ Assalamualaikum.... permisi” kata Aisyah. “ Wa’laikum salam wr wb, wah kamu kan anak komplek ngapain main ke sini?”jawab ketus salah satu anak yang sedang bermain. “ Kami ingin mencari daun suji dan daun jati. Kami ingin minta tolong kepada kalian untuk menunjukan kepada kami tentang daun itu” kata Fatimah. “ Tapi bayar ya.”jawab anak yang ketus tadi . “ Kamu apa-apaan sih Dewi , gak boleh seperti itu mereka membutuhkan bantuan kita tau. Ayo sama saya saja, saya akan menunjukannya” Kata salah satu anak.

“ Oia perkenalkan nama saya Citra, kalian siapa ya?” tanya Citra. “ Saya adalah Fatimah dan ini adik saya Aisyah” kata Fatimah. “ Wah kalian mirip sekali , saya sampai tidak bisa membedakannya.”Kata Citra.

Setelah berbincang-bincang cukup lama, akhirnya sampailah Fatimah dan Aisyah ke tempat yang mereka tuju. “ Inilah daun suji” kata Citra “ Oh ini, seperti daun pandan wangi ya.” kata Aisyah. “ Bolehkah kita memetiknya ?” tanya Fatimah ragu. “ Tentu saja boleh , daun suji ini tumbuh liar di kampung ini. Silahkan” kata Citra. “ Kemudian kami mencari daun jati Cit.” kata Aisyah, “ Oh, daun jati. Pohonnya ada di belakang rumahku”

Di perjalanan menuju rumah Citra....

“ Citra kenapa si, kok anak-anak yang tadi tidak suka sekali kami main ke kampung ini?” tanya Fatimah. “ Karna dulu sebelum komplek ini ada, itu adalah tanah dimana saya dan teman-teman saya bermain. Tanah itu adalah hamparan rumput yang begitu luas, anak anak bisa belajar bersepedah dari lapangan itu, bermain layang-layang, bermain sepak bola dan kompetisi-kompetisi pun sering di laksanakan di situ. Jadi mereka merasa kalian telah mengambil tempat bermainya.” jelas Citra “ Oh gitu, pantas saja mereka begitu marah” kata Aisyah . “ Nah ini dia pohon jatinya” kata Citra sambil menunjuk daun jati raksasa itu. “ Terima kasih ya cit, sudah bantu kita. Kapan-kapan kita boleh main lagi gak?” Tanya Fatimah “ tentu saja boleh” kata citra. “ Kak sudah jam 05.15 , ayo kita pulang kan kita sudah berjanji sama ibu tidak pulang lebih dari jam 05.30” Ajak Aisyah. Dan pada akhirnya mereka pulang dengan rasa senang yang menyelimuti hati mereka.

hari Minggu 7 Maret 1999 di taman belakang rumah.

Tuggg tuggg tuggg tugg tuggg.....(mengulek)

zret zret zret zret.....(memarut)

“ Alhamdulillah kak, sudah selesai. Hanya menunggu kering saja nih!” kata Aisyah, “ Iya, oia kalo sudah kering kamu mau menjadikannya apa?” tanya Fatimah. “ sepertinya aku akan menjadikannya diary kak, memangnya kakak mau menjadikan nya apa?” kata Aisyah. “Sepertinya aku akan membuat note book”jawab Fatimah.

Setelah pembuatan kertas daur ulang itu, mereka semakin giat untuk mendaur ulang barang barang yang masih dapat di gunakan lagi, seperti bungkus snack, kaleng susu, koran-koran. Hingga terbentuk lah sanggar kreativitas 2 bidadari, ayah dan ibu mereka sangat mendukung kreativitas anak-anaknya, sehingga mereka memfalitasinya dengan sanggar ini. Sanggar 2 bidadari di buka untuk umum, sanggar itu di bangun di perkampungan. Sebagai rasa keperdulian mereka dengan kreativitas, potensi,bakat, dan alam kita ini.

Juni 2001

“ Ibu kami pergi dulu ya, assalamualaikum” salam Fatimah dan Aisyah. “ Dah kakak.... sampai bertemu di rumah” kata Aisyah berpamitan. Ya, mereka kini telah duduk di bangku SMA , dan saat ini sekolah mereka pun berbeda. Entah mengapa hal itu bisa terjadi, tapi itu adalah yang terbaik yang di berikan Allah SWT kepada mereka.

“ Ibu ayah , sekolah ku mengadakan study tour. Rencananya akan pergi ke Manado”kata Fatimah. “ Sekolah ku juga , yang aku tahu akan study tour ke Papua bu” kata Aisyah. “ Wah tanggal berapa dek sekolah mu?” tanya Fatimah “ Kalo gak salah tanggal 7 bulan September” jawab Aisyah. “ Lohh kok bisa sama gitu ya! sekolah ku juga” kata Fatimah . “ Nanti ibu dan ayah kesepian dong gak ada kita . hahahaha” Canda mereka berdua berbarengan. “ Wah tenang saja itu sih soal gampang, kita tinggal mungut anak ya bu.” Canda ayah.

Tanggal 7 September 2002 ....

Mariii kita ikuti perjalanan Fatimah terlebih dahulu menuju Manado....

“ Assalamualaikum ibu, sekarang aku udah sampai di bandara SAM RATULANGI bu....” kata Fatimah yang menelpon ibunya. “ Wa alaikum salam, senangnya sudah sampai dengan selamat. Hati-hati ya di sana. memangnya hari ini kamu mau kemana dulu?” tanya ibu. “ Aku ke hotel dulu bu,” “ Ya sudah, jangan lupa minum vitamin nya ya...”

Di sanggar kebudayaan.....

“ Bu, memangnya apa sih bahasa yang digunakan masyarakat Manado ?” Tanya Fatimah kepada ibu guru. “Bahasa yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Manado dan wilayah sekitarnya disebut bahasa Melayu Manado. Bahasa daerah Manado menyerupai bahasa Indonesia tetapi dengan logat yang khas.” jelas ibu guru. Tak lama kemudian teman Fatimah yang bernama Gaza bertanya “ Bu , mayoritas penduduk Manado itu beragama apa?” “. Mayoritas penduduk kota adalah pemeluk agama Kristen atau Katolik. Hal itu jelas dapat dilihat dari banyaknya gereja-gereja di seantero kota” Jelas ibu guru . “ Bu, kalo yang paling terkenal dari daerah Manado itu apa bu?” “masyarakat Manado sangat menghargai sikap hidup toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia. ".jawan ibu guru. “ Ibu

Setelah berbincang-bincang mengenai Manado di sanggar kebudayaan , mereka pun belajar untuk memainkan alat musik tradisional kolintang tersebut.....Hari berikutnya Fatimah dan teman-teman, serta guru-guru nya. Pergi ke suatu tempat untuk menikmati makanan khas Manado . “Ennnnnakkkkk sekali.....” kata Fatimah. Kemudian dia menelpon ibu dan menceritakan makanan yang baru dia nikmati dari Manado “ Assalamuaaikum ibu...” “ Waalaikum salam” jawab ibu “ ibu aku baru nyoba makanan khas Manado loooh bu, makanan nya itu banyak..” kata Fatimah “ Wahhh enaknya yang lagi makan.”kata ibu.

“ ahahahahahah ibu bisa aja, Oh iya bu hari ini aku juga pergi ke pantai Malalayang bu, Keunikan dari Pantai Malalayang adalah, jika biasanya kita menemukan kondisi pantai yang mempunyai pasir putih yang gemilau, dengan ombak laut bergelombang, maka pesisir pantai dipenuhi dengan batu-batu hitam dan keras, yang juga menarik untuk didekati dan dilihat.” kata Fatimah “ Indah nyaaaaa, kapan kapan kita kesana ya” kata ibu “ Ibu besok aku mau ada surfing di Bunaken yang eksotis itu bu” “ Hati hati saja ya sayang” kata ibu.

Keesokan harinya.......

“ Ha hah hah ahah.... hey kawan, subhanaallah indah sekali ya. Ikan nya lucu-lucu lagi kayak aku” kata Fatimah. “ woooo pede banget kamu ikan itu lucu tapi gak kayak kamu” kata salah satu teman Fatimah.

Mari kita ikuti perjalanan Aisyah menuju Papua....

“ Assalamualaikum Ibu, aku sudah sampai di bandara Papua. Alhamdulillah bu aku selamat di perjalanan” seru Aisyah melalui handphone. “ Waalaikum salam , alhamdullilah. Sekarang lagi mau kemana dek?” tanya ibu. “ Adek lagi mau ke hotel dulu bu. Adek capek banget bu.” keluh Aisyah. “ Wah, masa ngeluh sih my angel.”kata ibu, “ ibu bisa aja. Udah dulu ya bu, nanti aku kabarin ibu lagi. Wassalamualaikum.” “ Waalaikum salam” . Lega rasa hati ibu, setelah mendengar kabar dari bidadari-bidadarinya.

2 Hari kemudian

“ Aisyah cantik, apakabar? seru gak di sana? kakak, seru loh di Manado. Kapan-kapan kita ke Manado bareng ya, kakak nambah pengetahuan loh dek disini. Apalagi Bhunakennya keren banget.” pesan singkat yang Fatimah kirimkan untuk Aisyah untuk terakhir kalinya.

Manokwari, 10 September 2002

Panas menerjang perjalanan Aisyah dan kawan-kawan dalam menelusuri perkampungan penduduk untuk melakukan observasi mengenai perkembangan zaman di pedalaman Papua. “ Huh... masa hape ku gak ada sinyalnya! nyebelin banget deh, kan aku mau talking-talkingan sama kakak ku” keluh Aisyah kepada teman-temannya yang hanya mengangguk mendengar berbagai macam celotehan Aisyah sambil meneruskan perjalanan mereka.

Sampailah mereka pada kecamatan setempat. Tanpa sungkan Aisyah langsung mewawancarai narasumber yang berperan sebagai bapak camat. Setelah selesai berwawancara Aisyah dan teman-teman, mendiskusikan hasil wawancara tersebut. “ Kawan-kawan, menurut bapak camat, perkembangan zaman di Manokwari sudah mulai berkembang itu di karenakan wisatawan yang datang ke daerah tersebut untuk berwisata.” kata Aisyah. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju hutan, untuk melakukan konservasi hutan. “ Ayo ayo teliti baik baik, oh iya jangan sampai merusak hutannya yap kawan ku” seru Rina teman Aisyah. Perjalanan mereka terjal, mereka harus melewati sungai –sungai ,jurang,bebatuan. Namun dari situlah semua bermula, “ Aisyah dimana bu guru?” tanya Rani. “ Loh bukannya tadi Aisyah bersama kamu Ran?” “ Tidak bu.... dimana Aisyah bu? Tadi Aisyah mengawal di belakang, kan saya mengawal depan bu. Duhhhh Aisyah” cemas Rani. “ Ibu pun tidak mengetahui nya Ran”

Di Hotel Star, Manado

“ Ih Aisyah lagi dimana sih? Kok gak terkirim ya sms ku, ih bikin aku khwatir aja” kesal Fatimah. Fatimah yang sedang menonton tv sebagai pelepas lelah , langsung terkejut menonton berita bahwa polisi telah menangkap 3 oarang yang terselubung dalam perdagangan manusia. Sedang 3v orang lainnya berhasil melarikan diri dan menjadi buronan polisi. Polisi menangkap basah para penculik tersebut ketika sedang melakukan operasinya, mereka menculik seorang remaja perempuan kemudian mereka membunuhnya dan mengambil organ dalam remaja tersebut untuk memudian mereka jual. Semakin khawatirlah Fatimah setelah melihat berita tersebut.

Di Manokwari , para guru pun telah berusaha mencari Aisyah semampu mereka dan memanggil polisi. Namun Aisyah belum di ketemukan. Ibu Nani selaku pembimbing Aisyah langsung menelpon keluarga Aisyah. Semua keadaan menjadi runyam, dimanakah keberadaan Aisyah. Fatimah sungguh tak ingin ke hilangan adiknya, perasaan sedih dan khawatir selalu menyelimuti hari hari keluarga mereka.

Sudah 5 hari Fatimah pulang ke Jakarta sebelum waktu yang di tetapkan. Tak ada yang bisa menghalangi ke inginan Fatimah untuk terjun langsung mencari Aisyah, “ Adek, kakak yakin adek adalah anak yang pemberani. Dimana adek sekarang? kakak takut, kakak tak ingin adek pergi meninggalkan kakak” . Pada akhirnya Fatimah dan keluarga mencari Aisyah langsung ke Papua. Mereka menelusuri hutan, namun hal tersebut tak berarti sedikit pun untuk mendapatkan Aisyah kembali. Dinyatakanlah bahwa Aisyah di culik, kemungkinan besar penculikan remaja. Sungguh Fatimah , Ibu, dan ayah sangat khawatir tak ada yang dapat mengira akan terjadi seperti ini.

2004

Bertahun-tahun mereka mencari Aisyah namun tak jua bertemu, hingga Fatimah dinyatakan lulus dari bangku SMA. suatu hari Fatimah teringat akan impian rahasia yang Aisyah dan Fatimah pendam di pekarangan rumah, surat rahasia itu akan mereka buka pada saat mereka lulus SMA nanti. Namun semua kini telah berubah Aisyah entah berada di mana, surat yang mereka pendam semenjak SD kelas 3 kini tak berarti lagi. “ Tidak... aku harus membukanya , aku harus menggali surat itu . aku ingin mewujudkan impian Aisyah, aku tak mau mengecewakan adik ku”

10 September 2002

“ Tolong......” teriak Aisyah. “ Jangan kau berteriak macam itu. Kau akan kami bawa ke Brazil dan akan kami jual kau. hahahaha” kata salah seorang penculit tersebut. “ Aku tidak mau, aku tidak mau, Ya Allah bantu aku... apa yang harus aku lakukan. Ibu, aku takut.( Kamu tak boleh menjadi anak yang menakut nak, Allah akan selalu bersama mu. Ibu yakin itu, janganlah lupa untuk selalu beribadah ya sayang. Aisyah harus menjadi anak yang pemberani dalam kebenaran seperti Aisyah dulu, jangan takut ya nak) Selintas ucapan ibu terdengar menyejukan hati Aisyah, kata-kata ibu pembangkit jiwa Aisyah. “ Ibu.... aku harus berani bu, aku akan menjadi anak yang berani bu. Ya Allah lindungilah aku” “ Hehhh berisik lu... pake Ya Allah ya Allah segala , tuhan tuh gak ada disini tau. Lu mau ngadu kayak apa juga gak bakal di denger” kata Salah satu penculik. “ Astagfirullah, ya Allah . Insyaallah aku akan sabar dan ikhlas menerima apapun yang engkau berikan, aku yakin Engkau akan memberikan yang terbaik bagi ku.” Selama perjalanan darat dan udara menuju Brazil Aisyah tak lupa untuk selalu beribadah dan meminta pertolongan Allah. Hingga salah seorang penculik yang bernama Doni pun tersentuh melihatnya , Aisyah memanggilnya Pak Doni. Pak doni mendekati Aisyah dan berkata, “ Nak , kamu mengingatkan saya pada anak saya. Sungguh saya tidak tega membunuh mu nak.” “ Tolong lah pak, bantu saya.” “Baiklah , saya akan membantumu” setuju pak doni. Mereka pun menyusun misi untuk menyelamatkan Aisyah.

Jakarta, 15 Mei 2006 musim penghujan

Sruggg sruggg sruggg... Suara Fatimah yang sedang menggali tanah. “ Adek, kakak mau mewujudkan impian adek. Kakak sungguh merindukan adek.” Tak lama kemudian Fatimah meraih sebuah kaleng susu dan membukanya.

Impian Aisyah : “ Aisyah pengen supaya kakak jadi seorang menteri. Adek gak tau nama menterinya apa kak, tapi adek maunya kakak jadi menteri yang perduli dengan kebudayaan dan orang-orang miskin. Kalo nanti adek udah gede, adek mau jadi Presiden ah. hmmm tapi kan presiden amanahnya besar banget, gak jadi deh . kalo udah besar adek mau selalu menemani kakak meraih impian-impian kakak.”

Tak henti hentinya Fatimah menangis setelah membaca impian langit Aisyah . “ Loh kakak kenapa?” tanya ibu “ Ini bu, ini impian Aisyah ketika Aisyah dan kakak masih kecil dulu.”jawab Fatimah “ Subhanaallah” seru ibu “ Ibu yakin , Insyaallah Aisyah akan tumbuh menjadi gadis yang pemberani entah dimana dan bagaimana ia sekarang.

11 September 2002

“ Dimana anak itu sekarang?” Komandan penculik itu amat marah ketika mengetahui Aisyah kabur. Aisyah kabur begitu mereka sampai di Brazil tepatnya ketika mereka keluar dari bandara. “ Saya tidak tau bos” jawab salah seorang penculik. “ Tidak tahu, tidak tahu gimana sih. udah susah susah kita bawa dia ke sini. Lu tau gak harga tuh anak bakal tinggi banget disini.” kata bos penculik. Sementara Aisyah langsung kabur dengan menaiki bis menuju Rio de Janeiro, Rio de Janeiro adalah adalah daerah kumuh di negara Brazil. Sepanjang 3 tahun ini, Aisyah di bantu oleh seorang anak kecil yang bernama Syaina. Aisyah tinggal bersama Syaina di perkampungan kumuh tersebut. Aisyah bekerja sebagai kuli, namun karna tekatnya yang keras Aisyah berusaha merantau bersama Syaina ke kota besar, bersyukurlah Aisyah karna sejak kecil Aisyah sangat cerdas dalam berbahasa Inggris . So, no problem...

Aisyah bekerja dan bekerja , ia menabung agar dapat pulang ke Indonesia. Banyak sekali yang dapat ia pelajari dari Brazil, pemerintahan Brazil yang memperdulikan wisata bagi rakyat miskin . Ingin ia menceritakannya pada Fatimah, Aisyah tumbuh menjadi gadis yang cantik bermata indah dan aura kedamaian selalu bersamannya bersama hijab yang ia kenakan. Menteri kebudayaan , itulah impian Aisyah untuk kakak nya. Dan kini impian langit tidak sekedar menjadi sebuah impian kini impian langit tersebut telah menjadi kenyataan. Tak kalah cantiknya dengan Aisyah, Fatimah pun bermata indah dengan hijab terurai. Kini Fatimah telah menelusuri berbagai negara untuk memperjuangkan kebudayaan. “Kebudayaan Indonesia dapat kita banggakan adek” kata-kata yang slalu di berikan Fatimah untuk Aisyah.

Brazil, 12 Desember 2008

“ Kak Aisyah , tadi siang kok kakak pakai pakaian yang bagus banget sih terus naik mobil mewah lagi” kata Syaina. “ Aduh aku gak ngerti, dari tadi kan aku disini, lagi pula man mungkin aku pake pakaian yang bagus apalagi bisa baik mobil mewah.” “ Tapi ini beneran kak tadi aku liat kakak” “ Kamu ini, mungkin tadi kamu kecapean jadi salah liat”. Tak salah lihat, Syaina memang melihat orang yang mirip dengan Aisyah. Ya, dialah Fatimah kini Fatimah berada di Brazil untuk melakukan study banding negara.

Malam hari

“ Syaina, tadi kamu melihat orang yang mirip dengan ku dimana?” tanya Aisyah “ aku tadi lihat di kota kak, memang ada apa? bukan kah tadi kakak bilang mungkin aku hanya salah lihat!” kata Syaina “ Ini sungguh berbeda Syaina, aku memiliki saudara kembar kemungkinan yang tadi siang kamu lihat adalah kakak ku. aku ingin bertemu dengan nya” “ Apa? kakak punya saudara kembar!” kata Syaina “ Iya, maka dari itu. Besok temani aku ke kota ya” ajak Aisyah “ Baiklah kak”

Keesokan harinya

“i want to go back to Indonesia now, oke see you next time” kata Fatimah kepada para wartawan Brazil. Dari kejauhan nampak Aisyah dengan mata berbinar penuh haru. “ Hallo ibu menteri” kata Aisyah dengan air mata yang tak tertahan lagi. “ ibu menteri? bahasa Indonesia? Aisyah?” ucap Fatimah dalam hati sebelum ia menoleh ke sumber suara. “ Aisyah, adik ku.Subhanaallah terimakasih ya Allah.” “ Kakak... terima kasih kak, kakak kni telah meraih impian langit ku” “ aku yang harus nya berterima kasih dek, karna kamu aku bisa seperti ini”. Akhirnya Aisyah dan Fatimah pulang ke Indonesia dengan membawa kabar yang begitu membahagiakan. Bukan hanya untuk mereka tapi juga untuk Syaina. “ Terima kasih Syaina”

0 komentar:

Posting Komentar

 

Entri Populer

Free Blog Templates

Powered By Blogger

Mengenai Saya

Foto saya
Assalamualaikum wr wb. hallo hallo.... nama ku Hana Zahira Syarif,temen-temen biasa panggil aku Hana,,,skarang aku tercatat sebagai siswi di SMPN 2 Depok,,,ohhh maaf sudahh alumni... hehehe sekarang aku sekolah di SMAN 1 Parung.... tunggu cerita-cerita ku di SMA ya...

Blog Tricks

Powered By Blogger

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger

Great Morning ©  Copyright by Melody zaHira...... | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks